Geografi 10: Teori Tata Surya dan Jagat Raya
TUGAS GEOGRAFI
KELOMPOK I
ADYTIA RIZKI KURNIAWAN
AFRYATIE AYU FRIDA
AHMAD ROBBY KHALIDI
AKHMAD SEJALI
KELAS X IPA 2
JUDUL PENELITIAN
: Membahas Teori “Tata Surya Dan Jagat Raya”
1. Teori ”Big Bang”
Salah satu teori yang menjelaskan
proses terjadinya jagat raya adalah teori ”Big Bang”. Menurut teori ini, jagat
raya terbentuk dari ledakan dahsyat yang terjadi kira-kira 13.700 juta tahun
yang lalu. Akibat ledakan tersebut materi-materi dengan jumlah sangat banyak terlontar
ke segala penjuru alam semesta.
Materi-materi tersebut akhirnya membentuk
bintang, planet, debu kosmis, asteroid, meteor, energi, dan partikel-partikel
lain. Teori ”Big Bang” ini didukung oleh seorang astronom dari Amerika Serikat,
yaitu Edwin Hubble. Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang
dilakukan, menunjukkan bahwa jagat raya ini tidak bersifat statis. Semakin jauh
jarak galaksi dari Bumi, semakin cepat proses pengembangannya.
Penemuan
tersebut dikuatkan lagi oleh ahli astrofisika dari Amerika Serikat, Arno
Pnezias dan Robert Wilson pada tahun 1965 telah mengukur tahap radiasi yang
ada di angkasa raya. Penemuan ini kemudian disahkan oleh ahli sains dengan
menggunakan alat NASA yang bernama COBE spacecraft antara tahun 1989–1993.
Kajian-kajian terkini dari laboratorium CERN (Conseil Europeen pour la
Recherche Nucleaire atau European Council for Nuclear Research) yang
terletak berdekatan dengan Genewa menguatkan lagi teori ”Big Bang”. Semua ini
mengesahkan bahwa pada masa dahulu langit dan Bumi pernah bersatu sebelum
akhirnya terpisah-pisah seperti sekarang.
2.
Teori ”Keadaan Tetap”
Teori ”keadaan tetap” atau teori ciptaan sinambung
menyatakan bahwa jagat raya selama berabad-abad selalu dalam keadaan yang sama
dan zat hidrogen senantiasa dicipta dari ketiadaan. Penambahan jumlah zat,
dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu kira-kira seribu juta
tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang angkasa.
Teori ini diajukan oleh
ahli astronomi Fred Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris. Dalam
teori ”keadaan tetap”, kita harus menerima bahwa zat baru selalu
diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi
baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat bahwa
zat yang merupakan asal mula bintang dan galaksi tersebut adalah hidrogen.
Teori ini diterima secara skeptis oleh beberapa ahli yang lain, sebab hal itu
melanggar salah satu hukum dasar fisika, yaitu hukum kekekalan zat. Zat tidak
dapat diciptakan atau dihilangkan tetapi hanyalah dapat diubah menjadi jenis
zat lain atau menjadi energi. Sampai saat ini belum dapat dipastikan bagaimana
sesungguhnya jagat raya ini terbentuk. Teori-teori yang dikemukakan para ahli
tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.
Anggapan-Anggapan
tentang Jagat Raya dan Alam Semesta
Sejak zaman dahulu manusia telah dibuat takjub dengan
berbagai fenomena yang ada di alam semesta. Berbagai fenomena alam tersebut
menyebabkan timbulnya keingintahuan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang ada di benak manusia. Mengapa bintang hanya terlihat pada malam hari dan
matahari bersinar pada siang hari? Mengapa matahari terbit di timur dan bukan
di barat? Apakah Bumi dikelilingi matahari? Dan masih banyak lagi
pertanyaan-pertanyaan lain yang timbul.
Berikut
ini adalah anggapan-anggapan manusia tentang jagat raya dan alam semesta sejak
dahulu hingga sekarang.
1.
Anggapan Antroposentris atau Egosentris
Anggapan ini dimulai pada tingkat awal manusia atau pada
masa manusia primitif yang menganggap bahwa manusia sebagai pusat alam semesta.
Pada waktu menyadari ada Bumi dan langit, manusia menganggap matahari, bulan,
bintang, dan Bumi serupa dengan hewan, tumbuhan, dan dengan dirinya sendiri.
2.
Anggapan Geosentris
Anggapan ini menempatkan Bumi sebagai pusat dari alam
semesta. Geosentris (geo = Bumi; centrum = titik pusat). Anggapan
ini dimulai sekitar abad VI Sebelum Masehi (SM), saat pandangan egosentris
mulai ditinggalkan. Salah seorang yang mengemukakan anggapan geosentris
adalah Claudius Ptolomeus. Ia melakukan observasi di Alexandria, kota
pusat budaya Mesir pada masa lalu. Ia menganggap bahwa pusat jagat raya adalah
Bumi, sehingga Bumi ini dikelilingi oleh matahari dan bintang-bintang.
3.
Anggapan Heliosentris
Semakin majunya alat penelitian dan sifat ilmuwan yang
semakin kritis, menyebabkan bergesernya anggapan geosentris. Pandangan
heliosentris (helios = matahari) dianggap sebagai pandangan yang revolusioner
yang menempatkan matahari sebagai pusat alam semesta. Seorang mahasiswa
kedokteran, ilmu pasti dan Astronomi, Nicholas Copernicus (1473–1543)
pada tahun 1507 menulis buku ”De Revolutionibus Orbium Caelestium” (tentang
revolusi peredaran benda-benda langit). Ia mengemukakan bahwa matahari
merupakan pusat jagat raya yang dikelilingi planet-planet, bahwa bulan
mengelilingi Bumi dan bersama-sama mengitari matahari, dan bahwa Bumi berputar
ke timur yang menyebabkan siang dan malam.
4.
Anggapan Galaktosentris
Galaktosentris (Galaxy = kumpulan jutaan
bintang) merupakan anggapan yang menempatkan galaksi sebagai pusat Tata Surya.
Galaktosentris dimulai tahun 1920 yang ditandai dengan pembangunan teleskop
raksasa di Amerika Serikat, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih
banyak mengenai galaksi.
Teori Terjadinya Tata Surya
1.
Teori Kabut atau teori Nebula
Immanuel Kant, seorang filsafat jerman
membuat suatu hipotesis tentang terjadinya tata surya. Ia mengatakan bahwa
dijagat raya mula-mula tredapat gumpalan kabut atau nebula yang berputar
perlahan – lahan. Oleh karena perputarannya sangat lambat, nebula mulai
menyusut sehingga membentuk sebuah cakram datar ditengah-tengahnya. Penyusutan
berlanjut dan membentuk matahari dipusat cakram.
Penyusutan mengakibatkan cakram berputan dengan cepat
sehingga bagian tepi cakram terlepas membentuka gelang-gelang bahan, yang
kemudian memedat mendaji planet-planet yang berevolusi dalam orbit hampir
melingkar mengitari matahari.
Pada waktu yang hampir bersamaan,
seorang ahkli fisika Prancis, Pierre Simon de Laplace mengemukakan teori yang
hampir sama. Ia megatakan bahwa tata surya berasal dari kabut panas yang
berpilin. Pilinan tersebut berupa gumpalan kabut yang membentuk bulatan seperti
bola besar. Semakin kecil bola itu, pilinannya semakin cepat sehingga bentuk
bola itu menepat pada kutubnya dan melebar dibagian ekuatornya. Kemudian
sebagian massa gas diekuatornya itu menjauh dari gumpalan intinya membentuk
gelang-gelang yang akhirnya berubah menjadi gumpalan padat. Gumpalan padat
itulah yang menjadi planet dan satelitnya sedangkan bagian inti kabut tetap
brebentuk yang berpijar yang disebut dnegan matahari.
2.
Teori Planetesimal
Thomas C. Chamberlin seorang ahli
geologi dan Forest R Moulton seorang ahli astronomi mengemukakan teori yang
dikenal dengan teori planetesimal yang berarti planet kecil. Teori ini
menyatakan bahwa matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang. Suatu saat
matahari berpapasan dengan sebuah bintang dengan jarak yang tidak terlalu jauh
shingga terjadi peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang
itu, serta bagian dari massa matahari tertarik kearah bintang. Pada waktu
bintang tersebut menjauh, sebagian dari massa matahari jatuh kembali ke
permukaan mathari dan sebagian lagi terhambur keluar angkasa disekitar
matahari. Hal inilah yang dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi
planet-planet yang beredar mengelilingi orbitnya.
3.
Teori bintang kembar
Menurut teori ini, matahari mungkin
merupakan bintang kembar. Kemudian bintang yang satu meledak menjadi
kepingan-kepingan. Akibat pengaruh gaya gravitasi bintang lainnya maka
kepingan-kepingan ini bergerak mengitari bintang-bingtang itu dan menjadi
planet-planet. Bintang yang tidak meladak tetap sebagai bintang yang sekarang
disebut dengan matahari.
4.
Teori proto planet
Pada tahun 1940 seorang astronomi
jerman bernama Carl Von Weiszzacker mengembangkan suatu teori yang dikenal
dengan teori awan debu. Pada daarnya teori ini mengemukakan bahwa tata surya
itu terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Lebih dari 5000 juta tahun yang
lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemampatan sehingga
partikel-partikel debu tertarik ke bagian pusat wan itu membentuk gumpalan bola
dan mulai berpilin. Lama kelamaan gumpalan gas itu menjadi pipih seperti cakram
yang tebal dibagian tengah dan lebih tipis dibagian tepinya. Bagian tengah
cakram gas itu berpilin lebih lambat dari bagian tepinya. Oleh karena itu
partikel-partikel dibagian tengah cakram itu saling menekan timbullah panas dan
pijar. Bagian inilah yang menjadi matahari.
Bagian yang lebih luar, berputar sangat
cepat sehingga terpecah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih
kecil yang juga turut berpilin. Bagian inilah yang kemudian membeku dan menjadi
planet-planet serta satelit-satelitnya. Bahan planet itu dinamakan pula proto
planet.
Comments