Bahasa Indonesia: Ulasan Drama Senja Kuning

TUGAS BAHASA INDONESIA
ULASAN DRAMA SENJA KUNING

O
L
E
H
Rahma Rosalina
Mifta Indriyanti
Ukon Trandika
Noor Hayatun Rahmi
Kiki Nurul Zakia
Khairunisa
Lathifah laila Ulfa
Nidiatul Saidah
Annisa Oktavia
Herwina Sari
Rahil Maimun Sukma
M. Akbar
Juhrairah
Aditya Rizki K
Samsudinoor

XI IPA 1 

Malapetaka Senja Kuning
Sanja kuning merupakan kisah kalsik yang diangkat dari cerita nyata dari provinsi Kalimantan Selatan. Cerita ini bermula dari penduduk pinggiran Sungai Barito dengan salah satu tokohnya adalah seorang Ibu yang memiliki putri bernama Galuh.  Kecintaanya terhadap anak semata wayangnya ini menyebabkan sebuah kejadian, tepatnya pada saat Senja Kuning. Meskipun telah di tegur oleh warga Desa  agar lekas pulang karena hari telah senja. Sang Ibu menolak karena masih ingin bercengkrama dengan Galuh.

Malang nian nasib si Ibu  yang terpengaruh oleh tipu daya mahluk halus. Si Ibu dibuat lalai dengan Galuh. Alhasil Galuh menghilang entah kemana.  Hal ini tentu saja membuat si Ibu terkejut dan berteriak histeris yang membuat warga Desa keluar dari rumah mereka masing-masing.  Ibu Galuh yang sangat terpukul mengacuhkan perkataan suaminya.

Meskipun telah mencari berkali-kali namun pencarian tersebut tak membuahkan hasil. Belum lagi rumor tak sedap mengenai Sungai Barito yang meminta tumbal seorang anak perempuan dan diperkirakan anak tersebut adalah Galuh.

Cerita yang di naratori oleh Rezki Wahdina ini dimainkan dengan baik. Helda Kartini yang memerankan si Ibu, memainkan perannya dengan sangat baik. Akting menangis hingga berteriak histeris, berhasil ditaklukannya. Hal ini membuktikan penghayatan dari awal cerita hingga akhir cerita yang di perankan oleh tokoh utama ini sudah sangat baik.

Peran Galuh yang dimainkan oleh Istiqamah sangat cocok denganya karena parasrnya yang terlihat lebih muda dan imut.

M. Miftahul Ihsan yang mendapatkan peran sebagai suami Sang Ibu atau Ayahnya Galuh sebenarnya sudah cocok, namun saat memainkan perannya ia nampak ragu-ragu dan canggung terhadap lawan mainnya.

Warga Desa yang mayoritasnya ibu-ibu diperankan oleh Muslimah, Astia Rachmayanti, Afryati Ayu F, Lidya Fathah, Indah Sari, dan Nina Rahmida serta Harry Andani sebagai Tim SAR memainkan peran mereka sudah cukup bagus. Hanya saja pada saat Si Ibu berteriak histeris memanggil Galuh, Warga Desa yang datang  tidak bertanya terlebih dahulu mengapa Si Ibu berteriak. Mereka langsung ikut-ikutan berteriak memanggil Galuh seakan tahu Galuh hilang. Adapun beberapa dari mereka terlihat tertawa saat pencarian, seakan kurang serius. Kesalahan pada dialog juga terlihat saat memainkan peran, contohnya Astia sebagai salah satu Ibu desa yang salah mengucapkan dialog saat membaca Koran.

Setting yang berlatarkan zaman bahari di pinggiran Sungai Barito juga didukung dengan musik panting. Hal ini menambahkan kesan bahari, belum lagi efek pencahayaan yang memang sengaja diatur sedemikian rupa layaknya sebuah senja kuning. Risky Arisandy merupakan orang dibalik kedua tugas ini, sudah melakukan tugas yang bagus. Namun ada peletakkan audio yang tidak senada dengan alur cerita.

Alur cerita pada kisah ini merupakan alur campuran, karena pada pembukaannya sudah menceritakan si Ibu Galuh merenung akan hilangnya Galuh. Setelah itu di ceritakanlah kejadian hilangnya Galuh di pinggiran sungai Barito pada sebuah senja kuning.

Amanat dari cerita Sanja Kuning ini menasehati kita bahwa, janganlah berada di luar rumah saat senja kuning, jangan terlalu meratapi atau terpuruk akan keadaan yang sudah terjadi, bagi para Ibu sebaiknya jangan lalai saat menjaga anak-anaknya terlebih lagi pada saat senja, dan juga patuhilah nasihat dari suami apabila itu kebaikan untuk diri sendiri maupun sekitarnya.

Comments

Popular posts from this blog

Bahasa Indonesia 10 (K13) : Jawaban Pelajaran II

Bahasa Indonesia 10 (K13): Jawaban Pelajaran III

Bahasa Indonesia: Biografi Ismail Marzuki oleh Rahma Rosalina