Biologi Kelas 10 : Morfologi Tubuh Annelida dan Gastropoda
Hasil Laporan Penelitian Tentang Morfologi Tubuh Annelida dan
Gastropoda
O
L
E
H
Kelompok 6
Virgenita Salsabela R.
Kiki Nurul Z.
Siti Tri Nurmayati
Rahma Rosalina
Setia Wardana
Semester 2
T.P. 2013/2014
ANNELIDA
A.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mempelajari
morfologi tubuh Annelida.
B.
Teori
Dasar
Filum Annelida berasal dari kata annulus = cincin, maka
juga disebut cacing beruas, karena tubuh beruas-ruas yang bentuknya seperti
cincin. Ada juga yang menyebutnya dengan cacing gelang.
Tubuh cacing bersifat simetris bilateral dan terdiri dari
3 lapis (Triploblastik selomata).
a.
Sistem Pencernaan.
Terdapat
di sepanjang tubuh dan sudah sempurna yang terdiri dari mulut, faring,
deseofagus, tembolok, lambung, usus, dan anus.
b.
Sistem Ekskresi.
Alat
ekskresi Annelida berupa sepasang nefridia yang terdapat pada tiap-tiap segmen,
disebut metanefridia. Hewan ini mempunyai sistem peredaran darah tertutup.
Pembuluhnya membujur dengan cabang-cabang kapiler kecil yang terdapat pada
setiap segmen.
c.
Sistem Pernapasan.
Alat pernapasannya
berupa kulit dan insang.
d.
Sistem Reproduksi.
Annelida
dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Meskipun Annelida bersifat
hermafrodit untuk terjadinya fertilisasi tetap diperlukan perkawinan antara dua
individu cacing. Alat kopulasinya disebut klitelum.
e.
Sistem Peredaran
Darah.
Termasuk
peredaran darah tertutup yang teridir dari jantung pembuluh dan beberapa
pembuluh darah.
f.
Sistem Saraf.
Terdiri
dari sepasang ganglion kepala (otak). Ganglion kepala ini dihubungkan ganglion di belakangnya dengan tali saraf
ventral. Tiap segmen terdapat ganglion yang masing-masing bercabang ke saraf
lateral.
g.
Sistem Respirasi
Melalui
kulit yang tipis dan lembab, tapi yang hidup di air bernapas dengan insang.
Annelida dibagi menjadi beberapa kelas yaitu kelas
Polychaeta, kelas Oligochaeta, Kelas Hirudinea.
Kelas Polychaeta
Cacing ini ciri-cirinya pada permukaan tubuhnya terdapat chaeta (bulu-bulu kaku).Tubunya memiliki
tonjolan daging yang disebut parapodia (semacam kaki) tempat melekatnya chaeta
/ seta. Panjang tubunya antara 5-10 mm dengan diameter 2-10 mm.
Pada bagian anterior tubuh terdapat kepala yang
dilengkapi dengan mata, tentakel, serta mulut yang berahang. Tubuhnya berwarna
menarik seperti hijau, merah, merah muda, atau campuran warna-warna lain.
Hidupnya di air laut (sebagai kelabang laut).
Contohnya adalah Nereis, Arenicola, Spirobranchus
giganteus, Eunice viridis (cacing wawo), dan Lysidice oele (cacing palolo).
Cacing wawo dan cacing palolo dapat dimakan manusia. Kedua cacing tersebut
muncul kepermukaan air pada waktu dan bulan tertentu.
Kelas
Oligochaeta
Cacing ini memiliki ciri-ciri yaitu caheta / seta sedikit, hidup di tanah yang lembab, tidak punya
parapodia, dan bergerak dengan kontraksi otot. Pernapasan Oligochaeta dilakukan
melalui permukaan tubuh. Keluar masuknya gas terjadi secara difusi. Makanannya
berupa zat-zat organik yang diperoleh dari sisa-sisa tumbuhan, sisa-sisa hewan,
atau sisa-sisa organisme lain yang ada pada rerumputan dan tanah. Contohnya
adalah cacing tanah (Lumbricus terrestris),
stylaria, dan cacing rambut (tubifex).
Kelas Hirudinea
Habitat Hirudinea di air tawar, darat, dan air laut.
Tubuhnya tidak memiliki rambut dan parapodia. Bentuk tubuhnya pipih. Di kedua
ujung tubuhnya terdapat alat isap. Alat isap pada bagian posterior besar,
sedangkan pada bagian anterior kecil. Alat ini digunakan untuk menempel pada
korban dan menghisap darahnya. Makanan cacing ini ada yang berupa larva
serangga, cacing, atau organisme lain yang mati.
Contohnya yakni seperti lintah (Hirudo medicinalis) yang hidup di air
tawar dan pacet (Haemadipsa zeylanice)
yang hidup di darat.
Pernanan Annelida:
1.
Sebagai bahan
makanan (cacing wawo dan cacing palolo).
2.
Cacing tanah kaya
protein untuk makanan ternak.
3.
Cacing tanah
menyuburkan tanah.
4.
Untuk pengobatan
pada zaman dahulu (lintah) yakni untuk menyedot luka.
5.
Zat hirudin dari
lintah untuk mencampur darah agar tidak membeku dan juga penting untuk tranfusi
darah.
C.
Alat
dan Bahan
1.
Lup. 3. Lumbricus terrestris.
2.
Gelas arloji. 4. Pin set.
D. Cara
Kerja
1. Letakkan Lumbricus terrestris pada gelas arloji. Kemudian amati bagian-bagian morfologi.
2. Potong Lumbricus terrestris menjadi 2 bagian, amati daya regenerasinya.
3. Buatlah laporan penelitian!
E. Data
Pengamatan
Gambar
yang kami dapatkan pada saat penelitian
F.
Analisa
Data
Sebelum Dipotong (gambar 1).
1.
Cacing bergerak aktif.
2.
Untuk kepala berwarna merah muda.
3.
Tubuhnya berwarna merah hati, hitam dan coklat.
4.
Sigmen berwarna agak gelap.
5.
Cacing tanah dapat menumbuhkan kembali ekor mereka selama bagian
yang terpotong kurang dari sepertiga panjang tubuh mereka,
tapi cacing tanah tidak dapat menumbuhkan kepala mereka jika terpotong.
Setelah
Dipotong (gambar 2).
Bagian
Kepala Cacing
1.
Bergerak ± 25 detik setelah dipotong.
2.
Awalnya bergerak lambat.
3.
Cacing
lama-kelamaan bergerak dengan cepat atau aktif.
4.
Isi tubuh pada cacing keluar.
5.
Badan cacing memanjang dan mengecil.
6.
Keluarnya lendir dibekas potongan.
7.
Berwarna merah muda dan coklat.
Bagian
Ekor Cacing
1.
Setelah dipotong cacing masih dapat bergerak.
2.
Cacing awalnya bergerak dengan cepat.
3.
Cacing lama-kelamaan melambat / tidakbergerak / kurang aktif.
4.
Isi tubuh cacing
pada cacing keluar.
5.
Terdapat perubahan warna. Separuh tubuhnya gelap dan separuh tubuhnya yang lain agak terang.
6.
Kurang lebih 10 menit cacing bergerak aktif kembali.
7.
Keluarnya lender bekas dipotong.
G.
Kesimpulan
Cacing tanah yang terlihat
menjijikkan ketika kami teliti itu ternyata memiliki beberpa keunikan yang khas
dari struktur tubuhnya. Belum lagi manfaat dari si cacing tanah yang berguna
untuk menyuburkan tanah serta memiliki banyak protein untuk makanan ternak.
Comments